Pengumuman

Rahasia Ilmu yang Tak Pernah Habis: Warisan Abadi yang Harus Dimiliki

Ilmu adalah cahaya. Ia menerangi kegelapan, menuntun manusia dari kebodohan menuju pemahaman, dari kesesatan menuju kebenaran. Namun, dalam hiruk pikuk dunia yang mengejar materi, sering kali kita lupa bahwa ada satu kekayaan yang tak akan pernah habis dimakan waktu: ilmu. Ya, rahasia sejati dari harta takpernah habis bukanlah tumpukan emas atau gemerlap dunia, melainkan ilmu yang bermanfaat.

Ada banyak hal yang harus diketahui oleh manusia dalam hidup ini, namun ilmu yang harus dimiliki adalah ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah dan membawa manfaat bagi sesama. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Hadis ini adalah pengingat yang menggugah. Ketika nyawa terputus dan jasad membeku, ilmu akan terus mengalirkan pahala selama ada yang mengambil manfaat darinya. Sungguh, ini adalah rahasia kekayaan spiritual yang takpernah habis meski waktu terus berjalan.

Namun, zaman ini menghadirkan tantangan. Banyak orang lebih rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk hiburan kosong dibanding mempelajari ilmu. Padahal, setiap lembar yang dibaca, setiap kalimat yang dipahami, adalah ladang amal yang luas. Kita lebih sibuk menumpuk materi, namun miskin pemahaman. Di sinilah tragedi itu bermula: manusia lupa bahwa ilmu adalah kebutuhan jiwa, bukan sekadar pelengkap formalitas.

Betapa banyak orang kaya kehilangan arah karena tidak memiliki ilmu yang harus menjadi penuntun hidupnya. Sebaliknya, betapa banyak orang sederhana namun hidupnya penuh berkah karena memiliki ilmu yang menuntunnya kepada kebaikan. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)

Ilmu membuka mata hati. Ia membuat seseorang sadar bahwa dunia ini hanyalah tempat singgah. Maka orang yang berilmu tak akan silau oleh dunia. Ia tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus ditinggalkan, dan apa yang harus diperjuangkan. Ilmu yang harus dikejar bukan hanya soal dunia, tapi juga akhirat.

Namun terkadang, kita terlalu sombong untuk belajar. Kita mengira sudah tahu segalanya. Kita menolak nasihat, merasa cukup dengan pengetahuan lama, dan menutup diri dari ilmu baru. Padahal, keangkuhan terhadap ilmu adalah awal dari kebodohan. Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata:

“Ilmu itu bagaikan air, dan tempat yang rendahlah yang bisa menampungnya.”

Artinya, hati yang rendah diri, yang haus belajar, yang tidak pernah merasa cukup—itulah yang akan diberi anugerah ilmu. Sebaliknya, orang yang merasa paling tahu justru akan kehilangan arah. Maka jangan heran jika hati terasa kosong, pikiran gelisah, dan hidup tak bermakna. Itu karena ilmu yang harus dimiliki dibiarkan pergi begitu saja.

Ilmu juga tidak akan habis meskipun dibagi. Inilah bedanya dengan harta. Saat harta dibagi, ia berkurang. Tapi saat ilmu disampaikan, ia tumbuh. Setiap kali kita berbagi ilmu, kita sedang memperluas ladang amal kita sendiri. Bahkan, dalam pandangan Islam, menyebarkan ilmu adalah kewajiban mulia. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sampaikan dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)

Betapa indahnya Islam. Ia mengangkat derajat orang-orang berilmu, bahkan menjanjikan kedudukan tinggi di dunia dan akhirat. Allah berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Namun, tidak semua ilmu itu membawa berkah. Ilmu yang dipakai untuk menyesatkan, untuk membodohi, atau untuk merusak akidah adalah ilmu yang membawa petaka. Oleh karena itu, penting untuk memilih ilmu yang harus dipelajari. Ilmu yang menumbuhkan iman, menambah amal, dan memperkuat hubungan dengan Allah itulah yang sejatinya tak pernah habis.

Saat seseorang memiliki ilmu yang benar, ia tidak akan mudah goyah oleh godaan dunia. Ia tahu arah hidupnya. Ia punya tujuan yang jelas. Ia tidak sekadar hidup, tapi hidup dengan kesadaran. Dan di sinilah letak rahasia dari harta takpernah habis itu: ilmu yang terus mengalir, menumbuhkan, dan menghidupkan hati yang kering.

Maka tak heran jika para ulama dahulu begitu giat menuntut ilmu, menulis kitab, menyampaikan pelajaran, dan mendidik generasi. Mereka tahu, harta yang sebenarnya adalah ilmu. Dan ilmu itulah yang akan menjadi warisan tak ternilai yang harus terus dijaga, diwariskan, dan diamalkan.

Ilmu membuat seseorang abadi dalam kebaikan. Bahkan setelah tubuhnya hancur dimakan tanah, namanya tetap disebut, ajarannya tetap dikenang, dan pahalanya tetap mengalir. Inilah kekayaan sejati yang tidak akan pernah rusak oleh zaman.

Jangan tunggu sampai semuanya terlambat. Ilmu yang harus dikejar ada di sekelilingmu. Dengarkan, baca, tulis, ajarkan. Karena sesungguhnya, rahasia harta takpernah habis bukan di rekening, tapi di akal dan hati yang terus belajar dan mengajar demi mencari ridha Allah.

 

berlangganan

Dapatkan Informasi Terkini Langsung ke Inbox Anda!